Nahdlatul Ulama, Berdiri Sejak 1926

(Kebangkitan 'Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia.Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.

Aswaja NU Center

Mengawal Pemahaman dan Pengamalan Nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jama'ah an-Nahdliyyah

Media Aswaja NU Center Magetan

Dalam Mengawal Pemahaman dan Pengamalan Nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jama'ah an-Nahdliyyah, Aswaja NU Center Magetan membuka konten : Nuansa Aswaja, Maktabah, Audio Aswaja, Radio Aswaja NU Magetan dan Video Aswaja

Radio Aswaja NU Magetan

Media siar yang dikawal oleh Aswaja NU Center Magetan, mencapai rating yang sungguh mengagumkan, dengan materi kajian dan irama sholawat, dipancarkan pada frequensi 96,3 Mhz dan streaming di : www.radionumagetan.com

Markaz Aswaja NU Magetan

Komplek Perkantoran PCNU Magetan dan Masjid Kubahsongo, juga Lembaga Pendidikan mulai PAUD dan TK Muslimat NU, SDNU Islamiyah dan SMP-NU sebagai pusat kegiatan.

Kitab al-Fiqh 'ala madzhabil arba'ah Juz 5

Nama Kitab   : al-Fiqh ‘ala al-Madzahibi al-Arba’ah
Penulis          : Abdurrohman al-Jaziri
Penerbit        : Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut – Lebanon
Cetakan        : Pertama
Tahun Terbit  : 2003

Kitab al-Fiqh 'ala madzhabil arba'ah Juz 4

Nama Kitab   : al-Fiqh ‘ala al-Madzahibi al-Arba’ah
Penulis          : Abdurrohman al-Jaziri
Penerbit        : Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut – Lebanon
Cetakan        : Pertama
Tahun Terbit  : 2003

Kitab al-Fiqh 'ala madzhabil arba'ah Juz 3

Nama Kitab   : al-Fiqh ‘ala al-Madzahibi al-Arba’ah
Penulis          : Abdurrohman al-Jaziri
Penerbit        : Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut – Lebanon
Cetakan        : Pertama
Tahun Terbit  : 2003


Kitab al-Fiqh 'ala madzhabil arba'ah Juz 2

Nama Kitab   : al-Fiqh ‘ala al-Madzahibi al-Arba’ah
Penulis          : Abdurrohman al-Jaziri
Penerbit        : Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut – Lebanon
Cetakan        : Pertama
Tahun Terbit  : 2003

Kitab al-Fiqh 'ala madzhabil arba'ah Juz 1

Nama Kitab   : al-Fiqh ‘ala al-Madzahibi al-Arba’ah
Penulis          : Abdurrohman al-Jaziri
Penerbit        : Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut – Lebanon
Cetakan        : Pertama
Tahun Terbit  : 2003


Seruan Menjelang Ramadhan 1437 H



AYO SELAMATKAN SAUDARA KITA, AGAR BEBAS DARI SIKSA NAN PEDIH 
karena meninggalkan Puasa Wajib Ramadhan

Saat menjelang Ramadhan, semestinya kaum muslimin dengan suka cita menyambutnya, karena Ramadhan merupakan bulan penuh berkah, dimana setiap amal kebaikan dilipat gandakan pahanya, dan setiap amalan sunnah diganjar Alloh setara dengan amalan wajib di luar Ramadhan.

Namun di sisi lain kita musti prihatin, berapa banyak penduduk Indonesia yang dalam data tertulis identitasnya di KTP sebagai muslim, namun di siang hari bulan Ramadhan masih marak warung-warung buka menyajikan aneka menu makanan, dan betapa sering kita jumpai beberapa orang ( yang menurut perasaan kita ) sebagai muslim justru makan, minum atau merokok dengan santainya.
Bagi kita yang telah tertib menunaikan puasa Ramadhan, ada tugas untuk menggapai kesempurnaan dan sebagai juara di akhir Ramadhan nanti sebagai golongan Muttaqin, namun di sisi lain, kita punya tanggungjawab untuk menyelamatkan saudara,kerabat, kawan atau tetangga kita yang muslim namun tidak berpuasa di bulan Ramadhan dari murka Alloh SWT, dengan mengajak dan mendampingi mereka untuk menyadari betapa beratnya dosa muslim yang dengan sengaja tidak berpuasa Ramadhan.
Kewajiban puasa Ramadhan atas muslim telah jelas dalam al-Qur’an : Q.S. al-Baqarah:2/183
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”
Sebagaimana yang telah kita pahami, bahwa puasa Ramadhan diwajibkan bagi seluruh umat Islam yang telah baligh, berakal, sehat, tidak sedang haidh dan nifas. Namun faktanya, masih saja ada orang-orang yang meninggalkan puasa Ramadhan. Padahal, ada ancaman dahsyat bagi orang-orang yang tidak menjalankan puasa Ramadhan tanpa alasan yang dibenarkan syariat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditunjuki oleh Allah melalui malaikatNya, bagaimana siksa neraka untuk orang-orang yang tidak berpuasa.
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban, Rasulullah bersabda tentang satu kondisi penghuni neraka yang dilihatkan kepada beliau:
فإذا أنا بقوم معلقين بعراقيبهم مشققة أشداقهم تسيل أشداقهم دما قال قلت : من هؤلاء ؟ قال : هؤلاء الذين يفطرون قبل تحلة صومهم
”Aku melihat orang-orang yang tergantung di tumit-tumit mereka, tulang rahang mereka pecah dan meneteskan darah. Aku bertanya, ‘Siapa mereka?’ Dia menjawab, ‘Orang-orang yang berbuka sebelum halal bagi mereka untuk berbuka’” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)
Dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib dijelaskan bahwa maksud orang-orang yang berbuka sebelum halal bagi mereka untuk berbuka adalah berbuka sebelum waktunya. Secara umum, maksudnya adalah tidak berpuasa. Karenanya bab hadits ini diberi judul “Ancaman tidak berpuasa di bulan Ramadhan tanpa udzur.”
Demikianlah ancaman siksa neraka untuk orang yang tidak berpuasa. Sedangkan bagi umat Islam yang berpuasa atas landasan iman dan semata mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dia akan memberikan ampunan untuk dosa-dosa hamba tersebut yang telah lalu.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan atas landasan iman dan mengharap pahala dari sisi Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Selain itu, bagi umat Islam yang menunaikan puasa, Allah menyediakan kegembiraan ketika kelak hamba tersebut berjumpa denganNya. Allah juga menyediakan satu pintu khusus di surga bernama Ar Rayan bagi hamba-hambaNya yang ahli puasa.
Oleh sebab itu, Aswaja NU Center Magetan mengajak kaum muslimin dan muslimat di mana saja untuk ikut berperan aktif dalam menyelamatkan saudara muslim kita yang masih enggan berpuasa pada bulan ramadhan, melalui “ GERAKAN UMAT PEDULI PUASA, MENYELAMATKAN SAUDARA MUSLIMNYA DARI SIKSA AKHERAT “

IPNU-IPPNU akan bagikan takjil

Swadaya, Rekan-Rekanita Pelajar NU Magetan Berbagi Takjil

 Magetan, NU Online
Pengurus harian Ikatan Pelajar Nadhlatul Ulama dan Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU) kabupaten Magetan membagikan takjil kepada para pengguna jalan yang melintas di alun-alun Magetan, Ahad (12/7). Mereka mendanai ongkos takjil dengan iuran wajib dan iuran sukarela kadernya.

Ketua IPNU Magetan Thoha Rizal Al-Aziz mengatakan, kegiatan ini adalah sudah dilakukan secara rutin. Tahun ini difokuskan di alun-alun Magetan.

“Usai membagikan takjil, kami juga menggelar evaluasi serta konsolidasi dengan pengurus harian IPNU-IPPNU Magetan dalam acara buka bersama,” ujar Thoha.

Menurutnya, sumber dana pokok yang digunakan untuk pembelian takjil berasal dari iuran wajib dan sukarela rekan dan rekanita. Kadang ada tambahan dari donatur tokoh NU Magetan.

Adapun dipilihnya alun-alun Magetan sebagai tempat untuk pembagian takjil, bertujuan agar masyarakat mengenal lebih dekat dengan pelajar NU.

“Biasanya satu satu tempat yang cukup ramai dikunjungi oleh para warga menjelang buka puasa adalah alun-alun, sehingga kami manfaatkan untuk lokasi pembagian takjil. Tujuannya selain berbagi juga untuk menunjukkan eksistensi IPNU-IPPNU Magetan,” pungkasnya. (Ahmad Rosyidi/Alhafiz K)
sumber:    http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,2-id,60872-lang,id-c,daerah-t,Swadaya++Rekan+Rekanita+Pelajar+NU+Magetan+Berbagi+Takjil-.phpx

NU Setuju 1 Juni Ditetapkan Hari Lahir Pancasila


Surabaya, NU Online
Ketua PWNU Jawa Timur KH M Hasan Mutawakkil Alallah mengatakan, Nahdlatul Ulama memiliki peran penting dalam sejarah kebangsaan Indonesia. Pada saat mengusir penjajah, merebut dan memperjuangkan kemerdekaan, organisasi yang didirikan para kiai tersebut ikut andil. Juga dalam perumusan dasar Negara.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, menurut dia, harus punya tanggal lahir. "Sebagai dasar negara sampai saat ini Pancasila tidak memiliki ketetapan hari lahir, masak kalah sama yayasan yang punya hari lahir," jelas Kiai Mutawakkil saat ditemui di Mercure Grand Mirana Hotel Surabaya (1/3).

Karena itulah, kata dia, PWNU Jawa Timur mengadakan seminar nasional tentang hari lahir Pancasila. "Satu Juni dimana saat Bung Karno berpidato tentang dasar negara itulah hari kelahiran pancasila," kata Kiai Mutawakkil.

Saat ditemui di tempat berbeda, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan setuju 1 Juni sebagai hari Pancasila. Pencetus dan pengusul hari lahir Pancasila di tanggal itu di antaranya tokoh NU, KH Masjkur. "PBNU Setuju kalau hari lahir Pancasila 1 Juni," pungkas Kiai Said sembari meninggalkan ruangan.

Dalam seminar ini, hadir beberapa narasumber diantaranya Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristyanto, Gubenur Jatim H Soekarwo dan pengamat sosial politik Eep Saifullah Fatah.

Lebih lanjut Kiai Mutawakkil mengatakan, hubungan Pancasila dengan Islam itu sudah final bagi NU. "Saat merumuskan Pancasila kader NU berada di dalamnya. Pada tahun 1983 NU juga mengadakan bahtsul masail di Pesantren Zainul Hasan Genggong dan memutuskan menerima Pancasila sebagai dasar negara dan dideklarasikan pada saat Muktamar NU ke 27 di Situbondo," ungkap Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong ini.

Ia berharap, dengan seminar ini bisa memberi pemahaman kepada masyarakat betapa pentingnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini. (Rof maulana/Abdullah Alawi)

http://www.nu.or.id/post/read/66195/nu-setuju-1-juni-ditetapkan-hari-lahir-pancasila

KHUTBAH MENYAMBUT DATANGNYA BULAN RAMADHAN 1437 H





ألْحَمْدُلِلّهِ الّذِيْ جَعَلَ شَهْرَ رَمَضَانَ غُرَّةَ وَجْهِ الْعَامِ, وَشَرَّفَ أَوْقَاتَهُ عَلَى سَائِرِ الأَوْقَاتِ, وَفَضَّلَ أَيَّامَهُ عَلَى سَائِرِ الأَيَّامِ,
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شهادَةَ مَنْ قَالَ رَبِّيَ اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامَ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَصَامَ
اللهمّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدِ وعَلى آلِه وأَصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ وَمَصَابِيْحِ الظَّلاَمِ, أمَّا بعْدُ,
فيَا أَيُّهَا النَّاسُ ,اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ وَتَرْكِ الأَثَامِ
.

Hadirin jama'ah shalat jum'at rahimakumullah.

Marilah pada saat yang berbahagia ini, saya mengajak kita semua, untuk bersama-sama selalu berusaha meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT. yakni dengan senantiasa memperhatikan dengan sungguh-sungguh sekaligus melaksanakan dengan sebaik-baiknya apa yang menjadi perintah Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW, dan meninggalkan serta menjauhi apa yang menjadi laranganNya, sehingga kelak kita termasuk ke dalam golongan hamba-hambaNya yang beruntung dan menjadi manusia yang ditempatkan paling mulia, dan marilah kita selalu berupaya menggapai kemurahan dan cinta kasih kanjeng nabi Muhammad SAW, karena kecintaaan beliau melebihi kecintaan orang tua kepada anaknya baik di dunia maupun di akhirat,. amin-amin ya rabbal 'alamin.

Hadirin jama'ah shalat jum'at rahimakumullah

Sebentar lagi ,tamu  yang mulia yakni;bulan Ramadhan akan segera tiba menyapa kita. Tamu terhormat yang datang dengan membawa segudang peluang dan kesempatan emas bagi kita umat Muhammad. Kenapa dikatakan demikian? tak lain karena di dalam bulan Ramadhan terkandung kemuliaan dan keistimewaan yang amat besar, yang tak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya. Nilai ibadah dilipatgandakan, do'a-do'a dikabulkan, dosa-dosa diampuni, pintu surga dibuka, sementara pintu neraka ditutup.
Ramadhan, tak ubahnya tamu agung yang selalu dinanti-nanti kedatangannya, maka sangat rugilah orang yang tidak dapat bertemu dengannya, namun akan lebih rugi lagi bagi mereka yang menjumpainya, namun tidak mengambil sesuatu darinya (yakni dengan menggunakannya sebagai moment meningkatkan kualitas ibadah dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT). Sebagaimana yang telah diperingatkan oleh Nabi SAW :

وَرَغْمَ أَنْفِ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانَ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَلَهُ

“Sungguh celaka seseorang yang mendapatkan bulan ramadhan kemudian berakhir bulan ramadhan tetapi dosanya tidak diampuni.” (HR. Tirmidzi)

Sebelum tamu mulia Ramadhan datang, saya mengajak diri saya dan jama’ah sekalian : marilah kita persiapkan diri kita lahir maupun batin, buanglah rasa ego , keangkuhan, dan  sifat bohong, tanamankan rasa malu  kepada Allah dan RasulNya. Malu untuk korupsi, malu untuk berbicara tidak sesuai dengan prilakunya, serta menyakiti orang lain.
Minta maaflah kepada kedua orang tua kita, jika mereka masih hidup, teman-teman dekat dan saudara, jangan sampai kita terjebak oleh strategi syetan, yang membuat puasa kita sia-sia. Karena Malaikat Jibril berdoa: Ya Allah, abaikanlah puasannya umat Muhammad SAW, bila sebelum masuk Ramadlan tidak meminta maaf kepada kedua orang tuannya jika masih hidup, keluarga dan orang-orang sekitarnya... lalu Rasulullah mengamininya sampai tiga kali.

Persiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam rangka menyambut bulan yang penuh berkah tersebut, sehingga kita dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk beribadah mendekatkatkan diri kepada Allah swt. Dengan demikian, apa yang menjadi Tujuan Akhir dari puasa ramadhan ini, yakni derajat "Ketaqwaan" dapat kita raih. Untuk itulah, Rasulullah SAW tak lupa berpesan kepada umatnya ketika bulan Ramadhan datang - sebagaimana hadits yang diriwayatkan an-Nasa'i dari Abu Hurairah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرْدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ. فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
 (سنن النسائي الجزأ 7.  ص256 : (2079))

Dari sahabat Abu Hurairah r.a. beliau berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda : "Sungguh telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, yang mana pada bulan tersebut Allah SWT mewajibkan kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup serta syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan”.(HR. An-Nasa'i)

Selain itu, Rasulullah mengajarkan kepada kita sebuah do'a yang dipanjatkan menjelang datangnya Ramadhan, yakni :

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ

(ya Allah berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami pada Ramadhan) (HR. Ahmad dan Bazzar).

Oleh karena itu, marilah kita sambut kedatangan bulan Ramadhan dengan penuh suka cita “Marhaban Ya Ramadhan (selamat datang bulan Ramadhan), kami sambut kedatanganmu dengan penuh suka cita.”

Hadirin jama'ah shalat jum'at rahimakumullah
Ada beberapa sikap terpuji yang dilakukan para ulama sholeh terdahulu dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang pantas diteladani:

Pertama, Mereka menyambut Ramadhan dengan kegembiraan dan kebahagiaan.
Yahya bin Abi Katsir meriwayatkan bahwa orang-orang salaf terdahulu selalu mengucapkan doa

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ

"Ya Allah sampaikanlah aku dengan selamat ke Ramadhan, selamatkan Ramadhan untukku dan selamatkan aku hingga selesai Ramadhan".
Sampai kepada Ramadhan adalah kebahagiaan yang luar biasa bagi mereka, karena pada bulan itu mereka bisa mendapatkan nikmat dan karunia Allah yang tidak terkira.Tidak mengherankan jika kemudian Nabi saw dan para sahabat menyambut Ramadhan dengan senyum dan tahmid, dan melepas kepergian Ramadhan dengan tangis.

Kedua, dengan pengetahuan yang mendalam.
Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Ibadah puasa mempunyai ketentuan dan aturan yang harus dipenuhi agar sah dan sempurna. Sesuatu yang menjadi prasyarat suatu ibadah wajib, maka wajib memenuhinya dan wajib mempelajarinya. Ilmu tentang ketentuan puasa atau yang sering disebut dengan fikih puasa merupakan hal yang wajib dipelajari oleh setiap muslim, minimal tentang hal-hal yang menjadi sah dan tidaknya puasa.
Persepsi dan pengetahuan yang utuh tentang bulan Ramadhan akan menghindarkan diri dari kesalahan-kesalahan yang bisa merusak ibadah Ramadhan, lantaran disebabkan oleh ketidaktahuan kita. Persepsi yang utuh tentang keutamaan Ramadhan akan mendorong tumbuhnya motivasi dari dalam diri untuk menjalani ibadah dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, pada bagian ini, persiapan-persiapan yang bisa dilakukan adalah dengan banyak bertanya, belajar dan membaca. Seseorang akan mampu mengerjakan sesuatu dengan sempurna dan riang gembira jika ia tahu dengan pasti apa alasan, tujuan dan manfaat di balik sesuatu yang akan ia kerjakan.

Ketiga, dengan selalu berdo’a.
Bulan Ramadhan selain merupakan bulan karunia dan kenikmatan beribadah, juga merupakan bulan tantangan. Tantangan menahan nafsu untuk yang selalu mengajak kita untuk berbuat jahat, tantangan untuk menggapai kemuliaan malam lailatul qadar dan tantangan-tantangan lainnya. Dan keterbatasan kita sebagai manusia, mengharuskan untuk selalu berdo’a dan memohon kepada Alloh SWT, agar termotivasi dan optimis, mampu memaksimalkan ibadah dan dapat melalui bulan Ramadhan dengan sempurna.

Empat, dengan mengokohkan tekad serta merencanakan secara matang untuk mengisi Ramadhan.
Niat dan azam adalah bahasa lain dari planning atau perencanaan. Orang-orang soleh terdahulu selalu merencanakan pengisian bulan Ramadhan dengan cermat dan optimis. Berapa kali mereka merencanakan akan mengkhatamkan membaca al-Quran, berapa kali sholat malam, berapa akan bersedekah dan membari makan orang berpuasa, berapa kali kita menghadiri pengajian dan membaca buku agama. Itulah planning yang benar mengisi Ramadhan, bukan hanya sekedar memplaning atau merencanakan menu makan dan pakaian kita untuk Ramadhan, namun lebih diarahkan kepada perencanaan yang matang untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita selama Ramadhan.

Kelima, Persiapan Ruh dan Jasad, jasmani dan ruhani
Rasulullah SAW dan orang-orang shalih tidak pernah menyia-nyiakan keutamaan Ramadhan sedikitpun. Rasulullah dan para sahabat memperbanyak puasa dan bersedekah pada bulan Sya’ban sebagai latihan sekaligus tanda kegembiraan menyambut datangnya Ramadhan.

Anas bin Malik r.a. berkata, ”ketika kaum muslimin memasuki bulan Sya’ban, mereka sibuk membaca Alquran dan mengeluarkan zakat mal untuk membantu fakir miskin yang berpuasa.”
Dengan mengondisikan diri pada bulan Sya’ban untuk berpuasa, bersedekah dan memperbanyak ibadah, kondisi ruhiyah akan meningkat, dan tubuh akan terlatih berpuasa Dengan kondisi seperti ini, maka ketika memasuki bulan Ramadhan, kondisi ruh dan iman telah siap dan semakin membaik, maka selanjutnya akan dapat langsung menyambut bulan Ramadhan yang mulia ini dengan amal dan kegiatan yang dianjurkan. Di sisi lain, tidak akan terjadi lagi gejolak fisik dan proses penyesuaian yang kadang-kadang dirasakan oleh orang-orang yang pertama kali berpuasa, seperti lemas, demam dan sebagainya.

Keenam, Persiapan Materi.
Kemudian yang harus kita perhatikan menyongsong bulan Ramadhan adalah persiapan finansial atau materi. Persiapan materi di sini tidak dimaksudkan untuk membeli kebutuhan berbuka dan sahur yang mewah dan mahal bahkan kadang terkesan berlebihan. Tapi finansial/materi yang diperuntukkan untuk menopang ibadah sedekah dan infak kita. Bulan Ramadhan merupakan bulan muwaasah (bulan santunan, pelipur lara). Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat manakala ia memberi kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun sekedar sebiji kurma dan seteguk air. Kedermawanan Rasulullah saw pada bulan Ramadhan sangat besar. Digambarkan dalam beberapa riwayat bahwa sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah saw kepada masyarakat sampai merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di sekitarnya.

Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan, semoga kiranya kita memperoleh rahmat, hidayat serta kekuatan untuk dapat mempersiapkan diri secara maksimal, menyongsong datangnya bulan Ramadhan besok, amin, amin ya Robbal 'alamin.....

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْالآيَاتِ وَالذِّّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَقُلْ رَبِّّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا


اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
 عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Menyongsong Ramadhan 1437 H





مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النِّيْرَانِ
"Barang siapa yang bergembira atas datangnya Ramadhan, Allah telah mengharamkan jasadnya dari api neraka"
(HR. An-Nasa'i)

1. Berdoalah agar Allah swt. memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat.
Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir.
Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa,
اللَّهُمَّ باَرِكْ لَنَا فيِ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْناَ رَمَضَانَ
Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan.” Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani)
Para salafush-shalih selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadan; dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, ”Allahu akbar, allahuةma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Artinya, " ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhai".
2. Bersyukurlah  atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita.
Al-Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.
3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan.
Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).
Salafush-shalih sangat memperhatikan bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat.
4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan.
Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah.
5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan ketaatan.
Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan.
طَاعَةٌ وَقَوْلٌ مَعْرُوفٌ ۚ فَإِذَا عَزَمَ الْأَمْرُ فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ
 “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]
6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadan.
Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah.
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” begitu firman Allah di dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.
7. Sambut Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk.
Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat.
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [Q.S. An-Nur (24): 31]
8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs.
Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan.
9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan dengan:
– buat catatan kecil untuk kultum tarawih serta ba’da sholat subuh dan zhuhur.
– membagikan buku saku atau selebaran yang berisi nasihat dan keutamaan puasa.
10. Sambutlah Ramadan dengan membuka lembaran baru yang bersih.
Kepada Allah, dengan taubatan nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Wallohu a’lam bish-showab
“ Selamat menunaikan ibadah di bulan penuh berkah, semoga Alloh meridloi, aamiin “

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html